Pages

Minggu, 15 April 2012

Masjid Semakin Menjamur di AS sejak 11 September 2001

Sejak peristiwa 11 September 2001 yang menewaskan ribuan warga AS, banyak orang barat khususnya warga AS phobia terhadap Islam. Bahkan oleh sebagian warga AS, Islam diidentikkan dengan radikalisme yang menebar teror keseluruh dunia. Hal ini menyebabkan Umat Islam yang tinggal di AS merasa hidupnya terancam karena kekhawatiran aksi balas dendam dari warga AS.  Kekhawatiran ini pun ternyata tidak terbukti, sebuah survei yang dilansir VOA  tanggal 04 April 2012 menyebutkan bahwa jumlah masjid di AS bertambah banyak sejak 11 September 2001, meskipun banyak protes terhadap pembangunannya dan tuduhan bahwa masjid-masjid itu mempromosikan radikalisme.

Survei yang disponsori oleh koalisi kelompok-kelompok Muslim nasional dengan Institut Hartford untuk Penelitian Agama. Lembaga itu menghitung, ada lebih dari 2.100 masjid, yang menandai kenaikan sebanyak 74 % sejak penghitungan terakhir, yang dilakukan setahun sebelum serangan teroris itu. Bahkan menurut survei tersebut New York sebagai “korban” kekejian serangan teroris 9/11 - dengan runtuhnya dua menara kembar WTC - memiliki jumlah masjid terbanyak dengan 257 masjid, disusul California berada di tempat kedua dengan 246 masjid.

Dalam laporan VOA tersebut  disebutkan salah satu penulis kajian itu adalah Ihsan Bagby, guru besar Kajian Islam di Universitas Kentucky. Ia mengatakan, "Komunitas Muslim di Amerika berkembang, sehat, bersemangat, semakin menjadi bagian dari Amerika." Ia pun mengatakan bahwa  imigrasi dan pertumbuhan penduduk alami mendorong peningkatan tersebut, bersama dengan meningkatnya sumber daya keuangan di kalangan Muslim Amerika. Bagby menuturkan, "Apa yang terjadi setelah 9/11 adalah bahwa insiden itu mendorong masjid ke dalam masyarakat. Karena pengalaman itu - pengalaman indah berinteraksi dengan tetangga dan kelompok lintas agama lain di wilayah tersebut - gereja-gereja dan sinagoga - itu benar-benar membangun simpati dan empati dengan orang-orang dari keyakinan lain."

Fakta diatas menunujukkan Islam terus berkembang di AS dengan ditandai bertambahnya jumlah masjid di AS dari tahun ke tahun. Anggapan sebagian warga AS yang mengatakan bahwa Islam mengajarkan radikalisme tidaklah  terbukti. Mereka hidup damai bersama umat Islam selama bertahun tahun, tidak ada lagi serangan teroris lagi di As sampai hari ini. Meskipun umat Islam yang dituduh teroris diperlakukan buruk oleh pemerintah AS di penjara Guantanamo, pelarangan memakai simbol agama Islam di Eropa dan tindakan tidak pantas yang dilakukan warga AS berupa aksi pembakaran Al Quran yang untungnya tidak terjadi. Tidak membuat umat Islam geram dan melakukan tindakan terorisme pada AS ataupun Negara-negara lain.  Hal Ini membuktikan bahwa Islam adalah agama damai dan serangan teroris 9/11 bukanlah berasal dari ajaran Islam.

Dan kekhawatiran umat Islam akan “serangan balasan” dari warga AS juga tidak terbukti. Meskipun pada awalnya Muslim AS mengalami intimidasi, namun hal itu tidak terlalu serius dan tidak berlangsung lama. Mereka pada akhirnya dapat hidup aman dan damai dengan warga AS, karena warga AS sendiri telah lama hidup damai bersama Muslim AS dan sejak lama telah mengenal Musim AS sebagai umat yang cinta damai. Jika benar terjadi “serangan balasan” warga AS terhadap Muslim AS, maka sejak serangan teroris 9/11 akan terjadi pengusiran besar-besaran Umat Islam dari AS. Namun itu tidak terbukti, malah sebaliknya Muslim AS semakin bertambah banyak dan pembangunan masjid dimana-mana di AS. Serangan teroris 9/11 bukanlah berasal dari ajaran Islam namun dilakukan oleh oknum yang tidak bertanggung jawab. Muslim AS hidup dapat hidup aman dan menjalankan ajaran Islam secara bebas di AS meskipun jumlahnya minoritas. Kini AS telah membuktikan bahwa Islam adalah agama cinta damai.

0 komentar:

Posting Komentar