Pages

Minggu, 22 April 2012

Aksi Nyata Mahasiswa Mengatasi Pengangguran


Suatu laporan mengejutkan dilansir  VOA, 4 April 2012, dengan tajuk Jumlah Penganggur Usia 18-34 Tahun di AS Bertambah. laporan tersebut mengatakan jumlah pengganggur berusia 18 hingga 34 tahun di Amerika kini semakin bertambah akibat resesi ekonomi yang berdampak besar terhadap upaya pekerja usia muda tersebut dalam mencari pekerjaan, membayar uang kuliah, membeli rumah dan menabung. Laporan yang didasarkan hasil kajian yang dikeluarkan oleh Pew Research Center menunjukkan bahwa resesi ekonomi berdampak parah terhadap warga Amerika berusia 18 hingga 34 tahun. Laporan itu juga memperlihatkan dampak kemunduran ekonomi terhadap kelompok usia yang berbeda dan persepsi yang timbul pada masing-masing kelompok itu tentang situasi sekarang dan harapan pada masa mendatang.

Hasil kajian itu menunjukkan bahwa sejak tahun 2010 hingga kini jumlah  golongan usia muda, 18 hingga 24 tahun, yang mempunyai pekerjaan, adalah sebesar 54 persen. Jumlah tersebut merupakan yang terendah sejak tahun 1948. Kini warga Amerika dewasa menyakini bahwa golongan usia muda saat ini memiliki lebih banyak kesulitan untuk mencapai sasaran keuangan mereka yang mendasar. Sebanyak 82 persen responden mengatakan, lebih sulit mencari pekerjaan saat ini jika dibandingkan saat orang tua mereka mencari pekerjaan pada masa lalu.Situasi ekonomi juga membuat para pekerja usia muda ini mengubah gaya hidup dan rencana jangka panjang mereka. Sebesar 50 persen responden mengakui bahwa mereka bekerja dalam bidang yang tidak mereka sukai,  sebesar 24 persen bersedia melakukan pekerjaan tanpa dibayar hanya untuk mendapat pengalaman bekerja, dan sebesar 35 persen memilih melanjutkan pendidikan.

Hari ini pengangguran tidak hanya persoalan negara miskin atau negara berkembang, namun juga dapat melanda negara maju seperti Amerika. Kondisi ekonomi dunia yang tidak menentu berimbas pada sulitnya mencari pekerjaan dan pemutusan hubungan kerja. Banyak lulusan sarjana yang masih mengangur karena sulitnya mencari pekerjaan atau bekerja pada bidang yang tidak sesuai kemampuannya. Pengangguran merupakan bencana sosial yang sama buruknya dengan bencana alam. Permasalahan ini harus dicari solusinya agar tidak menimbulkan permasalahan baru dimasyarakat. Pemerintah beserta seluruh elemen masyarakat harus bahu-membahu mengatasi permasalahan tersebut.

Ditengah ramainya berita tentang besarnya pengangguran di Amerika, ditanggal yang sama VOA mengangkat laporan yang bertajuk Kelompok Mahasiswa AS Bantu Pembiayaan Usaha Kecil Menengah. Laporan tersebut mengatakan bahwa Beberapa kelompok mahasiswa Amerika mengelola organisasi microfinance atau pembiayaan usaha kecil menengah (UKM).Bisnis menjahit di rumah merupakan salah satu bentuk usaha kecil yang modalnya bisa dipinjam dari Campus Microfinance Alliance yang dikelola oleh para mahasiswa di Amerika.

Bayangkan kita di-PHK. Kita bisa membuka bisnis menjahit di rumah bila kita punya mesin jahit yang lebih baik, dan sedikit uang untuk iklan, tetapi, kita tidak bisa memperoleh pinjaman dari bank. Baru-baru ini, banyak orang dalam situasi serupa memperoleh pinjaman dari kelompok microfinance mahasiswa. Kelompok-kelompok itu memberi pinjaman untuk bisnis atau pribadi. Ke-12 organisasi itu adalah bagian dari jaringan nasional yang disebut Campus Microfinance Alliance. Aliansi ini menyediakan bantuan keuangan, bantuan teknis, dan program-program pelatihan bagi setiap kelompok anggotanya.Masing-masing kelompok punya antara 10 dan 70 sukarelawan, sebagian besar dari mereka mahasiswa. Mereka telah memungkinkan ratusan orang di seluruh Amerika memulai bisnis kecil.

Vanessa Carter, direktur aliansi itu, mengatakan situasi ekonomi sulit telah mempercepat pertumbuhan gerakan microfinance kampus.“Aliansi ini dimulai karena para mahasiswa putus kuliah, resesi ekonomi memuncak, dan mahasiswa-mahasiswa itu melihat sejumlah bisnis gulung tikar dan berbagai dampak akibat tingginya pengangguran secara langsung,” ujarnya.

Di Iowa, sebuah kelompok microfinance mahasiswa di Grinnell College membantu masyarakat lokal dan internasional. Kelompok ini dibentuk tahun 2007. Pada waktu itu, mahasiswa universitas Grinnell, Jeff Raderstrong, dan beberapa temannya mengumpulkan lebih dari 600 dolar dari mahasiswa-mahasiswa lain. Tradisi malam minggu di Grinnel yang melewatkan makan untuk membantu orang lain membuat kelompok itu mampu memberi pinjaman melalui organisasi microfinance internasional bernama Kiva.org. Social Entrepreneurs of Grinnel (SEG) kemudian diluncurkan. 

SEG kemudian beralih menyediakan pinjaman langsung kepada mitra-mitra internasional. Namun kemudian, kelompok itu juga membantu orang-orang di Iowa. Jeff Raderstrong mengisahkan bagaimana hal itu “Menjadi semakin jelas bahwa ada banyak hal yang bisa dilakukan di masyarakat Grinnell. Karena, kotanya sendiri, ada sebagian orang kaya, tapi ada banyak kemiskinan. Kota ini penuh dengan warga pedesaan yang tidak mampu,” paparnya.

Sungguh luar biasa upaya para mahasiswa Amerika ini, meskipun belum lulus kuliah dan sebagian besar belum bekerja, namun berperan aktif dalam mengatasi pengangguran. Meskipun kebutuhan kuliah dan kebutuhan sehari-hari cukup besar, mereka mau menyisihkan uangnya untuk membantu orang lain. Mungkin mereka mempunyai pemahaman jika hari ini kita membantu orang lain maka suatu saat orang lain yang membantu kita. Perilaku mahasiswa Amerika tersebut sudah seharusnya menjadi contoh bagi mahasiswa Indonesia. Meskipun berperan kecil namun mendatangkan dampak yang besar. Mahasiswa sebagai generasi muda harus berperan aktif dalam membangun bangsa, salah satunya adalah berperan aktif dalam mengatasi pengangguran. Kalau tidak sekarang kapan lagi, kalau bukan kita siapa lagi.